Sebeloemnja, noewoen Pak Heroe (http://lapakbarangjadoel.blogspot.com/) jang melaloei postingnja berdjoedoel Ani-Ani, Djoem'at, 27 Maret 2009, mengingatkan bahwa selama ini ada saja lewatkan dari kampoeng halaman saja. Minggoe (10/5) kemarin, saja berkesempatan poelang kampoeng. Dan, setiap poelang kampoeng itoelah, sebetoelnja saja melewati roemah Mbah Wirjo Ani-Ani, jang djaraknja hanja sekitar 200 meter mendjelang roemah orangtoea saja. Nama belakang Mbah Wirjo sesoenggoehnja boekan Ani-Ani sebetoelnja. Tjoema, karena beliaoe selama ini dikenal sebagai satoe-satoenja warga di kampoeng saja jang berprofesi sebagai pengradjin ani-ani, maka nama barang jang dihasilkan itoe lantas dilekatkan di belakang namanja. Djadilah nama Wirjo Ani-Ani. Hal jang sama djoega terjadi pada Mbah Ardjo jang pengradjin djarik, jang oleh warga di kampoeng saja kemoedian dipanggil Mbah Ardjo Djarik.
Ani-ani, doeloe oleh kebanjakan petani di kampoeng saja mendjadi andalan di kala panen padi. Saja katakan doeloe, karena sekarang mereka memang lebih soeka memanen padi menggoenakan sabit. Lebih tjepat selesai, demikian salah satoe alasan mereka, di samping alasan mereka tidak lagi telaten menggoenakan ani-ani.
Meski begitoe, saja masih ingat persis bagaimana menggoenakan alat ini, karena iboe saja pernah mengadjarkan, di waktoe saja ketjil dan soeka diadjak ke sawah, termasoek ketika panen padi. Pertama-tama, ani-ani diletakkan pada telapak tangan dengan posisi batang bamboe tegak loeroes dengan djari, dan posisi papan ani-ani di mana pada papan terseboet terdapat mata pisaoe berada di antara djari teloendjoek dan djari tengah. Kedoea djari itoelah jang berperan menarik batang padi, jang kemoedian bakal terpotong oleh mata pisaoe ani-ani jang berada di antara kedoea djari terseboet. Begitoe seteroesnja, sampai habis batang padi jang mesti dipanen...
No comments:
Post a Comment