Setelah itoe, baroe pada sisi polos (dalam) kardoes itoe mereka memboeboehkan tjat sesoeai tokoh wajang jang mereka pahat. Gapit wajang djenis ini djoega oenik, bilah bamboe jang ditempel loeroes begitoe saja, tanpa kelok lajaknja gapit wajang jang terboeat dari tandoek itoe.
Nah, beberapa waktoe laloe, di kampoeng tetangga ada jang kebetoelan nanggap wajang. Meski djoelan jang dioesoeng pada pedagang sebagian berganti mainan djaman sekarang, roepanja wajang kardoes masih dipertahankan.
Hanja, kini kardoes jang digoenakan soedah bergeser poela ke prodoek lain, soesoe misalnja. Namoen hal lain, soal pewarnaan, gapit, model pahatan masih sama dengan wajang kardoes jang saja kenal di waktoe ketjil doeloe.
Selain djenis ini, doeloe, saja mengenal djoega wajang kardoes polosan. Biasannja menggoenakan bekas kardoes besar berwarna tjokelat, jang tjoema dipahat dan digapit, tanpa ada proses pewarnaan sama sekali. Belakangan, saja djoega mengenal wajang karton. Sesoeai namanja, wajang ini diboeat dari karton, dengan koealitas pewarnaan jang lebih baik, serta gapit jang meski berbahan bamboe poela namoen soedah dimodel lekoek, seperti gapit wajang beneran.
No comments:
Post a Comment