Dari hiasan dinding jang berbahan bakoe gips inilah saja—oentoek kali pertama di waktoe ketjil doeloe—mengenal tokoh-tokoh Poenakawan. Tidak hanja tokoh Gareng dan Petroek, sebagaimana jang masih tersisa hingga saat ini, melainkan djoega Semar dan Bagong.
Sebab, saja masih ingat betoel, hiasan dinding itoe doeloenja memang ada empat, komplit semoea tokoh Poenakawan ada; Semar, Gareng, Petroek dan Bagong. Tetapi jang saja tidak ingat adalah, bagaimana ataoe apa penjebab petjahnja tokoh Semar dan Bagong waktoe itoe.
Barang itoe sendiri moengkin soedah ada sedjak sebeloem saja lahir. Sebab, sedjak saja moelai bisa mengenali benda-benda di sekeliling, hiasan dinding Poenakawan itoe soedah menjadi bagian dari barang jang menghiasi roemah kami di kampoeng.
Koerang lebih ketika saja kelas doea sekolah menengah pertama, roemah bamboe kami dibongkar, dirobohkan, dan digantikan dengan roemah tembok. Sedjak saat itoelah hiasan itoe tidak pernah terpasang dan terlihat lagi. Baroe ketika beberapa waktoe laloe saja poelang kampoeng dan bermaksoed mengambil sesoeatu di atas almari ajah saja, Gareng dan Patroek itoe saja temoekan tergeletak di atas almari itoe, berbaloet deboe.
Atas seidjin ajah saja, dua barang djadoel itoe lantas saja bawa ke Solo. Loemajan agak lebih bersih sekarang, setelah saja bersihkan. Kadang geli sendiri djeoga saat menatap kedoeanja. Di masa ketjil doeloe, saja dan kakak saja sering menggoenakannja oentoek bermain topeng-topengan. Berkedjaran di dalam roemah, berkelit di sela-sela medja-koersi, slintroe (partisi/sketsel), almari jati toea jang kini tidak berbekas sama sekali. Oentoeng masih ada Gareng dan Patroek.
No comments:
Post a Comment