12 November 2008

KOREK BENSIN #1

Kliwon laloe saja pergi ke Delanggoe. Hari itoe, memang sedang pasaran, dan djoega memang hanja pada Kliwon itoelah pedagang berkoempel membentoek seboeah pasar. Niat hati mentjari-tjari sesoeatoe, siapa tahoe ada barang djadoel jang selain tentoe karena menarik, moengkin karena saja memang beloem poenja.

Masalahnja, lantaran saja haroes menoenggoe anak poelang sekolah baroe bisa berangkat sekalian djempoet anak, jakni poekoel 11.20, sampai di Delanggoe soedah terlampaoe siang. Ketika saja sampai di lokasi, para pedagang siboek berkemas. "Wah, alamat poelang dengan tangan hampa ni," pikir saja.

Dalam perdjalanan balik lagi ke Solo, sesampainja beberapa puluh meter di sebelah timoer bangjo (traffic light) saja melihat ada waroeng kecil jang soedah keliatan djadoel banget. Waroeng itoe terbagi mendjadi doea roeang, dipisahkan tembok berpintoe temboes. Di roeng kiri terlihat ada etalase ketjil jang berisi beberapa djenis dan merk rokok. Sedangkan roeang kanan penoeh dengan hasil kerajinan berbahan baku tanah liat, seperti kendi, anglo, toengkoe dan sebagainja.

Melihat etalase rokok jang djoega soedah koemel, saja djadi teringat keinginan memiliki korek api Polpar Bear jang kotaknja berbahan kajoe berlapis kertas itoe. Iseng saja berhenti dan bertanja kepada sang pemilik waroeng, apakah dia poenja korek djenis itoe ataoe tidak.

"Wah, sampoen mboten wonten mas (wah, soedah tidak ada mas)," djawab bapak paroeh baja pemilik waroeng itoe.

"Kalaoe korek bensin?" tanjakoe lagi.

"Sekedhap mas, kadosipoen kula nate njimpen menawi nikoe (Sebentar mas, kajaknja pernah menjimpan kalaoe itoe," oedjar si bapak seraja membalikkan badannja menoejoe boefet jang ada di roeang itoe, lantas mengeloearkan beberapa kardoes dari dalamnja.

Benar sadja, masih ada tiga bidji korek bensin jang tersimpan. Djadoel semoea lagi. Kata si bapak, korek itoe bekas ajah ataoe kakeknja doeloe. Dinamakan korek bensin karena bahan bakar korek djenis ini memang menggoenakan bensin, jang ditoeangkan pada kapas jang ada di bagian dalam korek terseboet. (Di waroeng itoe poelalah--sebagaimana toelisan terdahoeloe--saja djoega beroentoeng mendapatkan lampoe bethet)

Saja jadi teringat sama kakek saja almarhoem, jang doeloe djoega sering memakai korek djenis itoe. Teringat poela, bagaimana ketika kelas empat sekolah dasar (SD) saja moelai belajar oedoed (merokok) tingwe alias ngelinting dhewe (melinting sendiri), di roemah kakek jang hanja berdjarak beberapa meter dari roemah orangtoea saja. Tembakaoe, tjengkih, woor, dan kertas sigaretnja hasil minta poenja kakek saja. Tentoe sadja beladjar dengan tjara semboenji-semboenji dari ajah saja.

Biasanja, begitoe mendengar soeara motor ajah jang menandakan ajah saja soedah poelang mengadjar, saja langsoeng matikan itoe oedoed dan boeroe-boeroe mengambil goela merah di dapoer nenek, sebagai gantinja permen. Pikir saja waktoe itoe, kalaoe di moeloet soedah ada goela merah, maka tidak akan ada lagi baoe rokok. Namoen ternjata..., tidak djoega.

No comments: