15 November 2008

SAMPO BOEBOEK #1

Bila anda poenja masalah dengan koetoe ataoe ketombe di ramboet, pengalaman saja di waktoe ketjil doeloe, sampo boeboek inilah soloesinja. Kawan saja jang doeloe djoega penggoena sampo djenis ini dengan setengah bertjanda beroedjar, "Moengkin karena efek panas saat digoenakan keramas, kooetoe ataoe ketombe di ramboet djadi kegerahan, dan tidak maoe balik lagi... ha.. ha..ha..."

Memang, kalaoe kita keramas dengan sampo jang bentoeknja seperti tepoeng dengan boetiran agak kasar (itoe kenapa saja seboet sampo boeboek) ini, rasanja "panas-panas gimana gitoe". Dan soal ketombe tadi, karena alasan itoelah kakak kawan saja itoe tetap menggoenakannja sampai saat ini, meski haroes setengah hidoep mentjari sampo model begitoean di djaman jang soedah serba beroebah ini.

Saja sendiri boetoeh waktoe hingga tiga minggoe lebih oentoek mendapatkannja. Sampo boeboek merk hi TOP saja peroleh dari iboe-iboe pemilik waroeng di Simo-Bojolali, jang kebetoelan masih menjimpannja, dan meskipoen tjoema satoe-satoenja dengan ikhlas diberikan kepada saja.

Sedang sampo merk Jempol dan Kao Feather masing-masing didapat dari Toko Boe Djogo--toko kelontong tertoea di kampoeng asal saja di Manisrenggo, Klaten--serta salah satoe toko kelontong tempat iboe saja (jang djoega boeka waroeng) koelakan.

Sebetoelnja ada satoe merk lagi jang tak kalah polpoelernja di kalangan penggoena sampoe boeboek, jakni Tancho. Tetapi, hingga detik saja menoelis tjerita ini, saja beloem berhasil mendapatkannja. Menoeroet para bakoel di sedjoemlah pasar tradisional, djoega pemilik waroeng kelontong jang saja datangi, Tancho (sebetoelnja djoega Djempol, hi TOP dan Kao Feather) soedah tidak diprodoeksi lagi. Meski begitoe saja tetap menjimpan harapan soeatoe ketika bisa menemoekannja.

No comments: