11 November 2008

PLOMBIR

Plombir. Demikian masjarakat di kampoeng saja menjeboet benda ini. Namoen, kawan-kawan sekerdja saja bingoeng ketika saja tanja, "Tahoe plombir tidak?" Baroe ketika saja tambahkan kalimat, "Kalaoe kita bajar padjak motor kan ada STNK-nja, nah doeloe setiap pemilik sepeda bajar padjak, diberilah mereka plombir oentoek ditempel di sepeda mereka."

"Kalaoe itoe sih namanya peneng," sahoet salah satoe kawan saja. Roepanja, benda jang di kampoeng saja disebut plombir ini, di Solo dinamakan peneng. Laloe berhamboeran cerita masa laloe, ketika benda ini masih berlakoe. Ada jang cerita pernah kena razia lantaran sepedanja tidak berplombir, jang lantas ban sepedanja digembosi sama petoegas jang merazia.

Saja sendiri djoega poenja kenangan. Paman saja jang dari Lampoeng berkoendjoeng ke Djawa. Oleh bapak saja jang memang goeroe, paman saja itoe diberi hadiah beroepa badjoe korpri jang soedah tidak dipakainja lagi. Hari itoe, Minggoe Kliwon pagi, adalah hari pasaran Pasar Djambon, pasar tradisional jang berjarak sekitar 5 km dari roemah. Paman saja jang sedjak kedatangannja memang soedah berentjana mengoendjoengi pasar itoe, pagi-pagi sekali soedah siap dengan badjoe korprinja. Akhirnja, saja poen diadjak serta. Baroe separoeh perdjalanan kira-kira, ketika sepeda kami dihentikan oleh beberapa petoegas berseragam. Roepanja pagi itoe sedang ada operasi pemeriksaan plombir, dan tjelakanja sepeda jang kami goenakan tidak berplombir. Oentoek masalah jang satoe ini, langsoeng selesai ketika kami lantas beli plombir di tempat (macam sekarang ada sidang di tempat ketika berlangsoeng operasi pemeriksaan kendaraan bermotor). Djadi, kami masih beroentoeng dibanding kawan jang poenja kisah sampai ban sepedanja digembosi.

Namoen, roepanja masih ada masalah lain, jakni dikenakannja badjoe korpri itoe di hari Minggoe. Salah satoe petoegas bertanja kepada paman saja," Memangnja bapak tidak tahoe kalaoe badjoe korpri ini hanja khoesoes oentoek dikenakan di hari Senin?" Alamaaaaakkkkkk..., soedah berbadjoe korpi di hari jang salah, tidak berplombir poela sepedanja.

Entah tahoen berapa kali terakhir plombir diberlakoekan. Jang djelas, setelah tanja sana tanja sini, boeroe sana boeroe sini, tidak dapat-dapat djoega, kakak kawan sekerdja jang kebetoelan bekerdja di Dinas Pendapatan Daerah berbaik hati mewariskan sebagian arsip plombir di kantornja oentoek saja. Dan, dari kebaikan itoe djoega, saja baroe tahoe kalaoe doeloe tidak coema sepeda jang diplombiri, melainkan djoega kereta (andong/dokar), sepeda sport, betjak, bahkan andjing biasa dan andjing ras poen djoega wadjib mengenakan plombir.

No comments: