Niat semoela hanja mengambil loempang (lesoeng) batu peninggalan almarhoem kakek di kampoeng halaman saja, di Doesoen Gotakan, Kranggan, Manisrenggo, Klaten. Doea benda (jang satoe kotak, satoe lagi boendar) itu, angan saja jang kotak maoe saja padjang di soedoet roemah moengil jang baroe sadja terbeli, moengkin bisa dikasih teratai ploes miniatoer kintjir bamboe hasil beli dari Mirita Batik Djalan Kalioerang, Djogdja. Sebab, oedara di roemah baroe itoe panasnja memang loear biasa. Saja pikir, kalaoe ada sesoeatoe jang berair di halaman, panasnja bisa sedikit berkoerang. Sedangkan jang boendar, saja berentjana mendjadikanja medja di teras roemah.
Roepanja, begitoe sampai di kampoeng halaman, boekan tjoema doea lesoeng batoe itoe sadja jang memboeat hati saja kepintjoet. Di belakang roemah, tergeletak sedjoemlah barang jang waktoe saja ketjil doeloe saja sering melihatnja digoenakan oleh kakek maoepoen nenek saja.
Salah satoenja; ketjohan (penampoeng loedah di kala nenek sedang mengoenjah sirih, jang belakangan saja baroe tahoe sebagian orang Solo menjeboetnja dengan istilah paidon; dalam istilah Jawa idu= loedah). Laloe ada djoega teko keramik jang menoeroet iboekoe soedah ada sedjak masa ejang iboekoe doeloe. Dan, beberapa benda lain jang selama bertahoen-tahoen teronggok begitoe sadja di halaman belakang roemah.
Itoelah momen jang kemoedian "menjeretkoe" kepada ingatan masa ketjil doeloe, sekaligoes momen jang menginspirasikoe oentoek moelai memboeroe barang-barang jang akrab dengan masa ketjilkoe.
1 comment:
Post a Comment